PEMBERIAN HADIAH BAGI ANAK DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MENURUT MARIA MONTESSORI DAN BURRHUS FREDERICK SKINNER
MAKALAH AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah LANDASAN PENDIDIKAN SD
Dosen Gregorius Ari Nugrahanta, SJ,
S.S., BST., M.A.
Semester Genap 2010/2011
PEMBERIAN HADIAH BAGI ANAK DALAM
KEGIATAN PEMBELAJARAN MENURUT
MARIA MONTESSORI DAN BURRHUS FREDERICK SKINNER
Disusun oleh:
Yohanes Leo Mury
Yudhistira
101134006
IIA
PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Banyak
teori tentang belajar yang berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Kemajuan
teknologi sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Misalnya perkembangan
dan perubahan anak didalam keluarga tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya
dengan banyak alasan mereka sibuk bekerja.
Anak yang tumbuh dalam lingkungan
keluarga yang tidak harmonis seperti diatas pasti akan mendapatkan kasih sayang
yang kurang dari kedua orang tuanya. Ketika anak tidak mendapatkan perhatian
dari keluarganya maka mereka akan melakukan kegiatan diluar kendalinya.
Misalnya anak terlibat dalam Genk
di sekolahnya, dengan ini maka konsentrasi anak dalam belajar akan terganggu
dan dapat mempengaruhi prestasinya di sekolah.
Di sisi lain, banyak orang tua yang
sangat padat dengan jadwal pekerjaannya, namun ketika liburan sekolah tiba
mereka sangat memanjakan anaknya. Hal seperti ini sangat tidak baik. Sebaiknya
orang tua dapat meluangkan waktunya untuk mendampingi anaknya. Dengan demikian
perilaku buruk dapat terhindar.
Untuk memicu kemajuan belajar , ada
orang tua yang memberikan hadiah atau suatu penghargaan. Menurut Montessori
penghargaan yang disebabkan oleh motivasi semacam ini kurang baik. Menurut
Skinner pemberian hadiah akan mengakibatkan perubahan tingkah laku, siswa hanya
akan belajar jika diberi stimulus.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Mengapa Montessori
menganggap bahwa motivasi ekstrinsik seperti pemberian hadiah kurang baik?
- Bagaimana cara menumbuhkan motivasi pada anak secara tepat menurut Montessori?
- Mengapa Skinner menganggap reinforcement berupa pemberiah hadiah merupakan faktor penting dalam belajar?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
alasan mengapa Montessori menganggap bahwa motivasi ekstrinsik seperti pemberian hadiah kurang baik.
2. Mengetahui
bagaimana cara menumbuhkan motivasi anak secara tepat menurut Montessori.
3. Mengetahui alasan mengapa
Skinner menganggap bahwa reinforcement berupa pemberiah hadiah merupakan faktor penting dalam
belajar
BAB
II
A.
MONTESSORI
: PENDIDIKAN TANPA SEBUAH REINFORCEMENT
Maria Montesori berpendapat bahwa
pemberian hadiah dan hukuman merupakan sebuah rangsangan yang kurang baik. Kita
dapat melihat biasanya anak akan melakukan kegiatan kalau ada sebuah
iming-iming hadiah. Di dalam kelas Montesori dorongan ekstrinsik ( dari luar )
tidak diberikan, melainkan anak-anak diberikan kebebasan untuk berkembang
sesuai yang dia inginkan. Anak-anak diberikan kebebasan dan melakukan kegiatan
belajar sesuai dengan suasana hatinya.
Ketika melihat dan mengamati dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah tradisional , dapat kita temukan bahwa
dorongan dari luar semacam ini banyak digunakan untuk mendapatkan sebuah hasil
belajar yang maksimal. Sekolah tradisional juga memberikan punishment terhadap
sikap atau perilaku siswa yang tidak baik. Contoh anak tidak mengerjakan PR ,
guru akan memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa ( harus
mengerjakan rankap tiga ). Guru hanya berpikir bahwa dorongan dari luar seperti
ini bertujuan pada suatu proses akhir yaitu sebuah nilai, tidak
mempertimbangkan tahap proses. Jika kita melihat secara luas nilai hanyalah
sebuah alat ukur. Pada saat ini terkadang orang tua menginginkan anaknya
mendapat nilai yang baik, untuk memotivasi orang tua akan memberikan rangsangan
berupa hadiah. Misalnya mama akan memberikan kamu mobil-mobilan jika memperoleh
nilai yang bagus. Pemberian penghargaan yang disebabkan oleh keadaan dari luar,
dalam sekolah tradisional berasal dari asumsi budaya bahwa anak-anak akan
termotivasi jika diberikan penghargaan. Cara yang dapat digunakan adalah
memberikan kebebasan supaya anak berkreativitas.
Saat anak melakukan kesalahan maka
anak menyadarinya dan memperbaiki kesalahannya, kesalahan tersebut mereka
jadikan sebagai proses pembelajaran dalam hidupnya. Hal seperti ini merupakan
motivasi intrinsik, motivasi ini akan tertanam dalam memori anak lebih lama
jika dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik yang menggunakan penghargaan atau
hadiah.
Dalam bab ini akan dijelaskan bahwa penggunaan
hadiah yang disebabkan oleh keadaan dari luar adalah hasil negatif dari suatu
praktek sekolah tradisional :
A.
Dampak
negatif dari pemberian hadiah
a.
Fungsi
Kognitif
Seorang guru akan menguji materi
yang telah diajarkan kepada siswanya. Siswa secara tidak langsung akan merasa
terpaksa untuk menghafal, belajar dari semua materi. Siswa yang mengerti,
mempunyai niat untuk belajar tanpa adanya paksaan. Siswa yang belajat tanpa
adanya paksaan akan lebih mudah memahami materi pembelajaran. Fungsi kognitif
tidak normal ketika suatu penghargaan telah diharapkan. Contohnya ketika semua
materi telah selesai diajarkan , guru memberitahukan kepada siswa bahwa besok
akan diadakan ujian dan kalian harus belajar. Guru secara tidak langsung telah
memaksa siswa untuk belajar, dan siswa terpaksa belajar karena akan ujian.
Mereka hanya akan belajar jika disuruh. Perilaku semacam ini merupakan dorongan
ekstrinsik yang salah dalam fungsi kognitif.
b.
Kemampuan
Artistik
Motivasi artistik juga mempunyai
dampak bagi tingkat kreativitas seorang anak. Contoh anak diharuskan mengambar
bentuk ayam,pegunungan sesuai dengan contoh yang ada. Anak hanya terpaku pada
contoh yang diberikan . Jika anak hanya disuruh mengambar sesuai dengan contoh
maka daya kreativitas anak tidak akan berkembang. Seharusnya kita memberikan
kebebasan supaya anak dapat berimajinasi sesuai dengan kemampuannya. Guru yang
hanya memberikan dorongan ekstrinsik yang hanya terpaku pada contoh akan
merusak serta mematikan daya kreativitas anak.
B.
Kelas
Montesori tanpa penghargaan
a.
Kendali
kesalahan
Di dalam sekolah Montesori tidak
ada sistem menilai bagi anak, melainkan material sebagai alat kendali
kesalahan. Contoh anak menaruh 1silinder kayu, anak salah memasukkan
kedalam lubang yang besar padahal itu untuk lubang yang kecil. Dari hal ini
anak akan belajar dari kesalahannya. Anak akan merasa tertantang dan bersemangat
untuk menjadi lebih baik. Anak akan berlatih berkali-kali untuk melakukannya
dan akhirnya akan mengetahui kesalahannya dan mencoba memperbaiki tanpa bantuan
dari orang lain. Motivasi intrinsik seperti ini akan tertanam lebih lama dalam
memori anak sehingga anak dapat menjadikan kesalahan sebagai pengendali
permasalahan yang dihadapi oleh anak. Kendali kesalahan dalam kelas Montesori
sangat penting karena tidak menggunakan penghargaan dari luar, melainkan
dorongan rasa ingin tahu yang timbul dari dalam diri anak.
Gambar 1. Empat set silinder dan tempatnya dengan berbagai dimensi yang
berbeda.
b.
Pengulangan
Guru dalam kelas Montesori hanyalah
sebagai fasilisator. Pengulangan akan menjadikan anak menyelesaikan latihan
dengan tepat tanpa tergantung guru. Ketika anak melakukan kegiatan belajar yang
berhubungan dengan perkalian, anak pada awalnya akan menghafal daftar
perkalian. Ketika anak dalam kegiatan menghafal melakukan kesalahan maka anak
akan merenungkan kesalahannya dan ia akan melakukuan kegiatan menghafal sambil dengan
mempraktekkan. Dengan kegiatan pengulangan maka anak akan menimbulkan pola
pemahaman anak yang baru.
BAB
III
B.SKINNER
:PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN REINFORCEMENT
Skinner menganut teori belajar
Behaviouris. Behaviouris adalah dasar teori belajar yang lebih menekankan pada
tingkah laku manusia. Teori ini tidak mengakui adanya kecerdasan bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu proses belajar.
Menurut Skinner ( J.W. Santrock,272
) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Penguatan dan hukuman.
Penguatan (reinforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Sebaliknya , hukuman (punishment)
adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Stimulus yang bekerja memperkuat
atau reward, akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon operan. Dengan kata
lain reward akan meningkatkan diulanginya suatu respon dan setiap respon yang
diikuti stimulus yang memperkuat atau
hadiah, maka akan cenderung selalu diulangi. Siswa hanya akan belajar jika
diberikan stimulus dan pada akhirnya siswa mempunyai ketergantungan. Teori ini menekankan
adanya penguatan dan hukuman , ketika seorang siswa memperoleh nilai yang baik
maka akan diberikan hadiah, dan ketika memperoleh hasil yang kurang baik maka
guru akan memberikan sebuah nasihat. Hal ini mempunyai 2 dampak yaitu positif
dan negatif. Dari sisi positif anak akan lebih bersemangat dalam belajar karena
mendapatkan penguatan berupa pujian ataupun hadiah. Dari sisi negatif anak akan
meras takut jika nilainya jelek sebab akan mendapatkan hukuman. Dalam teori
mempunyai kelemahan karena dalam proses pembelajaran siswa menjadi tidak
kreatif dan produktif.
Teori ini juga disebut dengan
operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan
perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang
kembali atau menghilang sesuai keinginan. Operant conditioning menjamin respon
terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat
membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam
mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan
yang diinginkan. Berhasil atau tidaknya pembelajaran tergantung pada stimulus
yang diberikan oleh guru. Siswa dalam sistem pembelajaran ini di dalam kelas
hanya datang,duduk,catat dah hafal.
Teori belajar selalu berpusat pada
tokoh sentral yaitu guru bahwa yang menentukan apa yang harus dipelajari siswa
adalah guru. Sistem teori ini juga selalu berpusat pada komunikasi satu arah,
bersikap otoriter dan sentral.
Dalam memberikan suatu reward perlu
diadakan jadwal pemberiaan hadiah:
(Psikologi pendidikan,1995:78)
1.Contineous schedule = Tiap-tiap respon ada
reward;jika putus habis
2. Partial schedule =
Stimulus diikuti respon
3.Fixed interval = Tiap interval waktu tertentu. Interval
waktunya 3 menit-5
menit-7 menit-9 menit dan seterusnya
4. Interval variable = . Tiap waktu bermacam-macam diberi
hadiah. Dalam menerima subjek untuk
mendapatkan penguat berikutnya bisa lebih awal atau terkadang lebih lambat
5. Fixed ratio = Subjek mendapatkan respon
setiap ia memunculkan beberapa respon.
6. Rasio variable = Setiap beberapa kali dalam
waktu yang tidak menentu, diberikan
hadiah. Misalnya Suatu ketika 2 kali
diberi hadiah, waktu lain lagi sudah 7 kali baru diberi hadiah dan seterusnya.
Dari keenam cara jadwal pemberiah
hadiah diatas ternyata Variable rasio yang paling baik karena hadiah diberikan oleh
guru hanya kadang –kadang, guru juga
memandang pemberian hadiah jika dipandang perlu.
Beberapa prinsip belajar yang
diterapkan oleh Skinner antara lain:
(Psikologi pendidikan,1995:80-81)
1. Hendaknya bahan yang dipelajari
dianalisis sampai pada unit-unit secara organis sistematis
2.
Hasil belajar harus segera diberitahukan siswa, jika salah dibetulkan ,
dan jika benar diberi penguat.
3. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
4.
Bahan pengajaran terprogram secara linear, yaitu sistem modul
5. Tes hendaknya ditekankan untuk kepentingan
diagnostik
6. Dalam
proses mengajar lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Tidak
menggunakan hukuman dalam pendidikan.
8. Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
9. Tingkah
laku yang tidak diinginkan,bila dibuat anak,dibiarkan tidak diperhatikan, tetapi tingkah laku yang
diinginkan, diberikan reinforcemen.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang,apabila perlu
11. Tingkah laku yang diinginkan ,dianalisis
kecil-kecil,semakin meningkat mencapai
tujuan.
12. Sangat
mementingkan 2shaping
13. Mementingkan
kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan
14. Dalam
belajar menggunakan teaching machine.
15. Melaksanakan
3mastery learning
2shaping
adalah pengarahan agar mencapai tujuan
3mastery
learning adalah anak mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya
BAB
IV
NON
REINFORCEMENT DAN REINFORCEMENT DALAM PERBANDINGAN
Montessori dalam proses pembelajaran anak diberikan
kebebasan. Mengapa diberikan kebebasan? Supaya anak dapat berproses, berkembang
dan dapat beraktifitas secara alamiah. Dalam kelas montessori penggunaan
penghargaan tidak diberlakukan atau diberikan . Guru hanyalah sebagai
pendamping , selebihnya anak aktif belajar dan bermain bersama teman-temannya.
Sistem pendidikan juga sangat berbeda dengan sekolah tradisional karena dalam
kelas montessori guru tidak menilai anak mereka mengenal materi sebagia alat
pengendali kesalahan. Anak akan segera mengerti dan secara cepat akan mengatsi
masalah yang dihadapi tanpa adanya reinforcemen dan bantuan dari guru ataupun
teman-temannya. Mereka berusaha memperbaiki kesalahannya karena anak mempunyai
rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan hal itu timbul dari dalam dirinya
sendiri tanpa adanya motivasi ekstrinsik. Sisi positif dari metode ini dalam
diri anak terbangun rasa percaya diri, keberanian dalam memutuskan sustu
masalah dan mencoba sesuatu yang baru. Anak bukan saja memperoleh pemahaman
baru, ia jug mendapatkan pengalaman dan pemahaman yang timbul dari penemuannya.Evaluasi
selalu dilakukan oleh guru secara konsisten. Dalam evaluasi anak tidak
diberikan nilai atau pujian sebagai tanda evaluasi. Hal ini dilakukan supaya
anak lebih bebas berkreasi, jika mereka mengetahui bahwa mereka sedang diamati maka anak akan terpaku pada
hasil evaluasi sehingga kreatifitas anak terhambat.
Teori belajar menurut Skinner menekankan pada
pentingnya motivasi ekstrinsik dalam belajar. Skinner memakai istilah
reinforcement. Dalam proses pembelajaran antara anak yang satu dengan lainya
berbeda yaitu kecepatan menerima respon. Ketika seorang anak semakin cepat
menerima reinforcement , maka akan mendorong semangat anak untuk belajar. Penerapan
teori skinner dalam pendidikan harus melaksanakan mastery learning yaitu anak
mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena setiap
anak berbeda-beda dalam menerima iramanya. Ketika suatu sekolah menerapkan
teori ini maka akan mengakibatkan murid naik atau tamat sekolahnya dalam waktu
yang berbeda-beda. Ketika anak di dalam melakukan kesalahan, mereka tidak
menyelesaikan masalah yang dihadapi secara individu melainkan mereka meminta
bantuan kepada guru ataupun teman-temannya. Sehingga ketika anak menemui
kesalah mereka selalu bertanya dan bertanya dan hal ini menjadikan anak hanya
terpaku terhadap orang lain.
BAB V
REFLEKSI ATAS MAKNA
PEMIKIRAN MONTESSORI DAN SKINNER
Ada
beberapa teori belajar dan pembelajaran baik masa lalu, masa kini dan masa akan
datang. Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kekurangan, tugas kita
sebagai calon guru adalah memahami dari masing-masing teori tersebut dan
memadukan teori tersebut untuk menciptakan suatu inovasi teori belajar yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Menurut saya teori belajar menurut
Montessori ini sangat bagus diterapkan di sekolah-sekolah indonesia, karena anak di dalam
kelas tidak terlalu dituntut oleh guru, anak dibiarkan bebas untuk belajar
sesuai keinginannya. Pembentukan mental dan rasa percaya diri juga sangat baik
ketika anak belajar di dalam kelas ini sebab ketika anak menemukan mereka tidak
langsung bertanya kepada guru. Bu kenapa ini bisa seperti ini? Melainkan anak
berusaha memecahkan masalah tersebut secara sendiri dengan harapan anak
mendapatkan pemahaman yang baru. Pembelajaran kelas Montessori di indonesia
masih jarang ditemukan karena biaya yang sangat mahal. Bukan hanya untuk biaya
pendidikanna tapi juga alat-alat yang digunakan. Maklum biaya yang mahal, guru
profesional serta sarana yang sangat memadahi
maka akan mmenghasilkan anak-anak yang berkualitas.
Metode pembelajaran menurut Skinner
untuk jaman sekarang ini ternyata masih banyak digunakan di sekolah indonesia.
Mungkin guru yang sudah tua masih terbawa pengajaran pada jaman dulu dan juga
asumsi budaya yang beranggapan bahwa anak yang diberikan penghargaan akan lebih
termotivasi untuk belajar. Ketika saya bertanya kepada seorang guru SD yang ada di dekat rumah saya , kebetulan guru itu
sudah tua. Guru tersebut juga memberikan hadiah kepada muridnya setiap akan
kenaikan kelas, hadiah diberikan kepada rangking 1, 2 dan 3. Hal ini bertujuan
untuk menambah semangat belajar siswa. Untuk siswa yang tidak mendapatkan
rangking guru memberikan nasihat supaya belajar lebih rajin.
BAB VI
KESIMPULAN
1.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Motivasi ekstrinsik seperti pemberian reward
kurang baik karena dari penggunaan penghargaan itu akan menyebabkan fungsi kognitif,
kemampuan artistik dan kreatifitas anak serta perilaku prososial anak menjadi
tidak terkontrol serta anak menjadi tidak berkembang.
2.
Cara menumbuhkan
motivasi pada anak secara tepat menurut Montesori adalah dengan cara menggunakan kendali kesalahan, pengulangan,
pengevaluasian.
3.
Reinforcement berupa
pemberiah hadiah merupakan faktor penting dalam belajar karena anak akan lebih
bersemangat dalam belajar.
DAFTAR
REFERENSI
Lillard, Angeline Stoll, Montessori, The
Science behind the Genius, Oxford: Oxford University
Press, 2005.
F. Montessori, M. (1995). The absorbent mind.New
York: Henry
Holt.
Hill, W.F. (2009).Theories of learning.Bandung:Nusa Media.
Tim penyusun.1995.Psikologi pendidikan.Yogyakarta:UPP Universitas Negri Yogyakarta.
Diakses
tanggal 30 mei 2011 jam 16;39 http://fakultasluarkampus.net/2008/04/prinsip-metode-pendidikan-montessori/
Diakses
tanggal 30 juni 2011 jam 17;01 http://www.scribd.com/doc/21251076/TEORI-BEHAVIORISME
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda